Kamis, 03 Februari 2011

Usia Usai


Saat usia usai: langkah bahkan terus berjalan. Bukan terhenti seperti saat turunnya palang rambu-rambu pertanda kereta api sedang melaju.
Bukan! Langkah akan terus mencari titik terang dari pekatnya kubur, kawan.
Lalu dengarlah ruh yang bergemuruh mengeluh sedih karena jalannya tersesat.
Lihatlah...tubuhnya gontai, lunglai tersayat pedih.

Dan kau masih berjalan bersiul menepis ketakutan yang menggigil, keringatmu menderas, gigimu bergemelutuk, pandanganmu tak fokus, jiwamu bergetar padahal tak pernah ada yang mengertak, kawan!
Sampai nafasmu tercengang: "Hah!, itu bukankah temanku?"
*te.man.ku—jiwa pada diri lain yang selalu bersama, bahkan kadang lebih diperhatikan agar sejati.

Lalu kau hanya diam, karena kau tau: sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menolongnya.
Ya...pekerjaan yang sering kau usahakan untuknya, saat usia masih setia dulu.

Manusia kini merapat untuk kembali
Namun jiwa ini melayang jauh meninggi
Manusia nanti terdiam karna tersadar
Terbayang langkahnya, harinya telah berlalu



Usia telah usai...
Usaha tiada guna...


Kang Ajik
Jogja, 12-Jun-10

0 komentar:

 
;