Selasa, 17 Januari 2012 0 komentar

HUJAN INSPIRASI (Puisi Yang Tak Terdeteksi)

Hujan selalu saja seru untuk didefinisikan.
Tiap jiwa akan punya kenangan tersendiri tentangnya.

: Kau yang hari itu sedang sedih, barangkali akan menganggap hujan sebagai air matamu yang menderas; meluap luber dari sumber mataair matamu,  mengalir syahdu melintasi kantung mata yang sembab, turun mengaliri pipimu yang agak cubby, melincip kearah dagumu yang bak buah manggis terbelah dua kemudian menetes ke bumi. Hiks...hiks...

: Kau yang sedang rindu, besar kemungkinan akan berusaha ‘bercerita’ dari hatikehati dengannya; mendekat  kearah jendela, menyibak tirainya, berpegangan tralis besinya....lalu  menikmati hujan sambil kau tumpahkan isi hatimu bersamaan air yang mengalir diantara dedaunan- reranting -batang tanaman hias rumahmu. Rindu yang telah tumpah, tentu saja membuatmu lebih enakan. 

: Sedang kau yang waktu itu pas marah-marah, pasti ceritanya akan berbeda; hujan tak ubahnya serupa serombongan pasukan jarum (yang sangat lancip) yang sepakat untuk menusuki jantungmu. Lalu petir yang meledak-ledak itu, otomatis akan mewakili perasaanmu yang panas membara: “DORR!!”

: Dan kamu yang sedang galau, tentu memiliki kesan tersendiri tentang hujan; “Wahai hujan, rapatkanlah perahu kertas cintaku ini ke dermaga hatinya dengan perlahan-lahan. Seperti  lirik lagunya Kotak: Pelan-pelan Saja...

Hehe..., hujan sungguh ajaib
: inspirasi bagi musisi, penyuka dunia fotografi, tukang seni juga penyair-penyair amatir yang masih malu-malu menyembunyikan puisinya dalam catatan buku diary pribadinya. 
#Seperti catatan ini! Ya, akulah penyair amatir itu ;p


Jogja, 16/01/12
 
;