Lihatlah, orang-orang berlalulalang berjalan mengejar baling-baling rotasi waktu.
Langkah-langkahnya agak terburu,
mencari ruang yg dituju di Rumah Sakit 'Enggal Waras'.
Tak lupa, mereka menenteng berbagai bawaan untuk sisakit: parcel
buah, snack, sekotak roti bantet, lauk-pauk dan tentu juga ada yang sengaja menyiapkan
sepucuk amplop berisi uang 30ribuan yg dilinting kecil untuk pasien nanti.
...sementara diwaktu yg sama, dokter dan suster berjalan
lebih cepat membelah rombongan itu dengan tempat tidur pasien yg sama dari arah yg
berlawanan,
"Permisi, kasih jalan, pasien ini sedang
kritis. Awas...awas...!!", kata suster..
Atmosfir ruangan otomatis berubah dramatis.
Lalu do'a-do'a terlantun dalam bibir yang gemetar, takut terjadi
sesuatu yang buruk pada pasien —yang tak lain adalah pak lurah mereka.
Glegekan roda tempat tidur teredengar seperti memukuli
lantai keramik, sedangkan botol infus terlihat tergoncang keras terkait pada besi penyangga...
"Argghh...aduh...aduh", pak lurah terus mengaduh
kesakitan.
"Tolong selamatkan ayah saya, dok! Dia belum menulis pembagian harta warisan pada kami...", pinta anak pertama sambil memegangi tangan si dokter.
"Ya, iya, kami akan berusaha keras
menyelamatkannya", dokter terlihat agak panik, takut pak lurah Balakeng
ini tewas dan dipermasalahkan kemudian hari...
*Disisi yang lain,
Pak lurah ini sebenarnya masih mendengar dengan baik dan paham apa yang dibicarakan anaknya pada sang dokter. Tapi pak lurah berpura-pura tak mendengar untuk selama-lamanya........
Pak lurah ini sebenarnya masih mendengar dengan baik dan paham apa yang dibicarakan anaknya pada sang dokter. Tapi pak lurah berpura-pura tak mendengar untuk selama-lamanya........