Rabu, 22 Mei 2013 0 komentar

Tentang Masjid

Dalam menempuh perjalanan yang jauh, 
selalu saja masjid dan mushola menawarkan hal yang sama persis ketika kau sedang berada dimasjid kampungmu sendiri: kesyahduan..

Setiap daerah pasti berbeda adat-istiadatnya. Namum rumah Allah tak!
: tiap memasukinya pasti ada rasa yang sama dirasa jiwa.

Kamu akan merasa asing berkunjung kerumah orang asing.
Maka, temukanlah keakraban hatimu dengan melangkahkan kakimu ke rumah Allah terdekat.

"Aku melihat bangunan-bangunan disekitar masjid telah hancur berkeping-keping.
Sedang masjid itu masih kokoh berdiri sendiri disitu.."

Aku telah menjelma bangunan mewah nan megah. Dindingku kokoh, lantaiku full keramik dan dihias batu-batu geranit dan marmer.
"Mengapa engkau tak jua mau mendekatiku?", barangkali masjid kan berkata seperti itu..

Ibarat celana orang dewasa gendut yang dipakaikan anak kecil yang kurus
: tiap dzuhur, masjid tampak gombronggg..

Orang-orang akan mendekat dan memasukimu, ketika bencana alam telah membahayakan rumah tinggal mereka, jid!
Baginya, engkau adalah tempat pengungsian yang paling aman dan nyaman bagi mereka..

Ada beberapa panggilan yang mesti engkau perhatikan, kawan; panggilan orang-tua, panggilan dari toa masjid (shalat), panggilan haji dan panggilan maut!

Para seles melepas lelah di teras masjid. Pedagang karpet, roti lekker, mainan anak ngadem juga di halaman masjid. Tukang becak memarkirkan becaknya dipojokan pagar masjid. Pejalan jauh beristirahat dimasjid.

"Back to masjid back to basic, Back to masjid back to tauhid, Dimasjid hatiku terkait, Dari masjid kita bangkit": sederetan tulisan-tulisan diatas telah banyak tertera pada sablon kaos-kaos dan stiker yang dipakai dan digawangi para remaja. Aku suka...

Muslim tanpa masjid seperti layangan yang putus; kasihan sekali, ia akan kebingungan mencari jalan ketenangan hidupnya yang kini meresah..

Jogja, 20 mei 2012
 
;