Sabtu, 19 Desember 2009 0 komentar

Jahil(iyah)


Kadang-kandang aku ingin mendapatimu sesengukan dikamar, karena ketiadaanku ketika kau sendirian saja...
Suatu saat aku ingin melihatmu meringkuk dalam kamar, resah memikirkanku yang belum juga pulang...
Kapan-kapan aku ingin membuat jantungmu berdetak tak stabil, karena menebak-nebak bingkisan apa yang akan aku bawa.
Hoho, dalam waktu yang tak terduga, entah kapan, aku ingin mendengarmu menjerit tinggi kegirangan dengan nafas yang terengah-engah dan tingkah yang terkesan aneh.


-dB-
19 Desember 2009
Kamis, 17 Desember 2009 0 komentar

Bawah Sadarku Atasmu

Jika aku tiba-tiba merindui ekspresi wajahmu saat ngambek karena aku lupa membawakan permen coklat kesukaanmu,
akan kutatap rerumputan disamping rumahku.
Ekspresi itu seakan tumbuh dengan liarnya dipikiranku,
menjalar kesetiap sudutnya, membawaku ke kondisi alpha...
Kau ngambek, tapi masih mau memboncengku pulang.

Jika aku sontak kangen tingkah polah manja kekanak-kanakanmu karena kugoda model poni rambut barumu,
akan kuhitung jumlah rasi bintang yang beredar sekitar jam 20.10 wib.
Tingkah polah manja kekanak-kanakanmu mengerlipkan kamar setiap lampu tidur kumatikan,
kau semakin menjadi jika kurapikan ponimu yang tersapu laju angin, mengacaukan sistem detak jantingku...
Kau manja, kamu emang manja sekali.

Tapi disaat kau membuatku bete lantaran jengkel harus menunggumu kelamaan dandan karena bingung memilih baju dan asesoris yang pas dipakai jalan sekedar keliling kota saja;
AKU AKAN MENGINGAT RUMPUT DAN BINTANG SEBAGAI BEL PENGINGAT EKSPRESI DAN TINGKAH POLAH MANJAMU YANG SELALU KURINDU DAN KUKANGENIN.

Bel itu akan berbunyi mengingatkan, seperti waktu istirahat sekolah dulu.
Berbarengan dengan itu, terbitlah peresaan terang benderang dan mengenyahkan rasa bt dan jengkel yang sempat bersemayam atasmu.

-dB-
0 komentar

Keberadaanku


Keberadaanku menerjemahkan sandi-sandi yang tak kau mengerti.
Padahal sandi-sandi itulah yang membongkar misteri kebahagiaan yang hakiki.
Kau berkeras menerjemahkan sendiri, namun jalan kuldesak selalu mendesakmu.

Keberadaanku mengartikan bahasa-bahasa yang tak kau pahami.
Padahal bahasa-bahasa itulah yang melepasmu dari belenggu kepayahan.
Kau terus memaksa mengartikannya sendiri, namun gang buntu yang terus kau tuju.

Aku terangkai dari sandi-sandi yang rumit.
Akupun tersusun dari bahasa-bahasa yang sulit.

Walau begitu, tak ada sandi yang terangkai tanpa petualang.
Dan tak ada bahasa yang tersusun tanpa komunikasi.

Berbahagia dan bebaskanlah hidupmu.
Rupanya sandi dan bahasa tadi telah bersedia mengantarmu sampai tujuan.

Apalagi yang kau pikirkan?
Cepatlah mengangguk, karena keberadaanku tak lama disini.

-dB-
 
;