Semisal buku, film, lagu dihadirkan tanpa judul, apakah kau tetap ingin membacanya, menontonnya atau mendengarkannya? Apakah kau masih ingin mengunjunginya di rak Perpustakaan, di bangku Bioskop atau ditoko-toko kaset kesayanganmu?
Ya, giliran judul atau nama yang akan kita improve, sekarang. Akan kita jabarkan bersama. Akan kita bedah bareng-bareng. Akan kita telusuri ulang pemaknaannya ; sering kita sebut (memangil nama seseorang) namun kadang kabur, betapa berartinya itu.
Bayangkan dunia tanpa judul. Tanpa nama. Mungkin akan seperti gadis perawan tanpa busana, hanya menuju kejahiliahan kembali, bukan? Mungkin saja.
Tapi kau tetap saja tak mau mengenalkan nama pemberian Ibu dan Bapakmu itu, kepadaku.
Siapa sih namamu?
Mereka memanggilmu apa?
Bagaimana aku menyebutmu?
Tentu aku tak akan sembarangan memanggilmu, kan?
Lalu jika aku panggil ‘Fulan’ seperti kisah-kisah pada jaman Salafi, apakah kau akan mencari sumber?
Lalu jika aku sebut ‘Bunga’ seperti korban-korban pemerkosaan atau pencabulan yang tak mau identitasnya diketahui orang bayak, apakah kau akan memperhatikan dan siap diajak ngobrol ngalor-ngidul? Entahlah…
Asal kau tau saja, aku tak pernah sepakat dengan kutipan William Shakespeare yang pernah sesumbar bahwa nama itu tidaklah penting (apakah arti sebuah nama?).
Menurutku nama itu ibarat judul buku yang akan dengan menarik didisplay dirak strategis toko buku, ibarat judul film yang akan terpampang pada iklan 21 dan ibarat judul lagu yang akan direquest pendengar setianya diradio dan televisi.
-Adji Nugroho (dB)-
Jogja, 09 Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar