Sepi. Alangkah ingin kubunuh dengan puisi. Namun caramu lain, kau memilih bernyayi dan menari seperti Rumi.
Kutinggal saja. Kuhampiri yang lain: mereka yang wajahnya berseri-seri sedang khusyuk melantunkan ayat-ayat suci.
Sepi. Bagi lelaki yang belum beristri, ini jelas menguras hati.
Sementara iblis berparas jelita, gencar sekali mengiming-imingi dengan
rok mini. Ah, berat sekali.
Seketika kuingat petuah pak Kiai "Bersabarlah, Allah pasti mendengar do'a-do'amu selama ini..."
Seketika kuingat petuah pak Kiai "Bersabarlah, Allah pasti mendengar do'a-do'amu selama ini..."
Sepi. Sesaat lamunanku mulai sesat. Kubayang dia yang jilbabnya terjuntai mengusap bumi. Lucu sekali..Segera saja kusadari, bayanganku terlalu tinggi. Suara hatiku berbisik
lirih: "Apa aku sudah menjadi laki-laki yang baik, yang pantas
mendapatkan perempuan yang baik pula??"
Sepi. Barangkali ini sebuah kondisi, agar kita mampu berkontemplasi,
merenungi hari-hari yang terlalui. Lalu, mulailah merancang, hidup baik
seperti apakah yang kelak akan kita jalani?
Sepi.
Jelas,
semua ini tak kan terjadi
Jelas,
semua ini tak kan terjadi
seperti ini
: jika kau ada di sisi...
: jika kau ada di sisi...
Jogja, 21 Mei 2012
0 komentar:
Posting Komentar