Minggu, 27 Mei 2012

Lelaki Dalam Sepi



Sepi. Alangkah ingin kubunuh dengan puisi. Namun caramu lain, kau memilih bernyayi dan menari seperti Rumi.
Kutinggal saja. Kuhampiri yang lain: mereka yang wajahnya berseri-seri sedang khusyuk melantunkan ayat-ayat suci.

Sepi. Bagi lelaki yang belum beristri, ini jelas menguras hati. Sementara iblis berparas jelita, gencar sekali mengiming-imingi dengan rok mini. Ah, berat sekali.
Seketika kuingat petuah pak Kiai "Bersabarlah, Allah pasti mendengar do'a-do'amu selama ini..."

Sepi. Sesaat lamunanku mulai sesat. Kubayang dia yang jilbabnya terjuntai mengusap bumi. Lucu sekali..Segera saja kusadari, bayanganku terlalu tinggi. Suara hatiku berbisik lirih: "Apa aku sudah menjadi laki-laki yang baik, yang pantas mendapatkan perempuan yang baik pula??"

Sepi. Barangkali ini sebuah kondisi, agar kita mampu berkontemplasi, merenungi hari-hari yang terlalui. Lalu, mulailah merancang, hidup baik seperti apakah yang kelak akan kita jalani?

Sepi.
Jelas,
semua ini tak kan terjadi 
seperti ini
: jika kau ada di sisi...

Jogja, 21 Mei 2012

0 komentar:

 
;