Status
Facebookku:
Bercakap-cakap bareng seorang sahabat atau kawan dekat,
pasti tiada cukup hanya meluangkan setengah malam saja. Kerinduan akan selalu
menjelma selimut hangat atas suhu malam yang makin gigil. Tak rela rasanya
memotong cerita, lalu bertaburan menjadi sendiri-sendiri lagi…
Ah, sunguh
syahdu rasanya bisa duduk bareng para sahabat yang saling menghargai dan
menghormati satu sama lainnya. Walau beralaskan lantai keramik yang dingin,
ruang tanpa sekat diteras muka masjid, lalu disempurnakan dengan hadirnya hujan
gerimis rintik-rintik sehingga malam itu benar-benar terasa sangat gigil. Namun
agaknya semua itu bukan menjadi alasan bagi kami untuk mengurungkan bertemu dan
bercanda ria bersama…
Tak lama, kami
mulai duduk sila melingkar, sejurus kemudian ilmu dan pengalaman setelah beberapa minggu tak jumpa mulai ditumpahkan dengan bumbu cerita-cerita yang gokil,
seru dan menantang. Ada getar dalam dada
yang goncangannya berdegup --semakin larut malam, justru makin kencang; ketika beban
yang kita pikul ternyata juga dirasakan oleh meraka. Menjadikan aliran darahku beredar
kencang mengalir ke setiap lini tubuh ini, hingga gairah mengobrol semakin
menjadi-jadi.
Aku tatap
matamu, sobat, ia kelihatan berbinar, lalu katamu: “Tak pernah ada kantuk untuk saling berbagi pengalaman-pengalaman hidup,
sobat… ”
“Kali ini, kita ngobrol sampai pagi!”, teman yang lain menyahut.
“Kalau perlu kita nginep di masjid ini!”,
tambahnya.
Hahaha, tawa kami pecah bersama…
Dalam hati
aku bergumam, apa dia ngga capek. Aku tau persis, dari tadi pagi hingga malam
ini, kau belum juga pulang kerumah. Sibuk bekerja lalu mendatangi
majlis-majlis ilmu yang kita sepakati bahwa itu sangat penting dalam hidup
beragama!
Aku jadi
sangat malu, ketika aku bercermin dan melihat diriku sendiri, mengapa aku tak
bisa sepertimu dalam memaksimalkan anugerah yang telah diberikan Tuhan untuk semangat
beribadah? Pasalnya kesehatanku sangat tercukupi gizinya, pekerjaanku jauh lebih
santai daripada kamu, keluargaku yang “utuh”, lingkungan tempat tinggalku yang nyaman
namun dalam mensyukuri hidup, ternyata sangat jauh sekali aku dibandingkan kamu,
sobat…
Inikah
hebatnya mempunyai sahabat yang bisa saling mengingatkan dalam beribadah?
Sehingga ketika aku sedang malas dan futur, lalu ribuan sms motivasi diberondongkan
ke nomor hpku??
Inikah rasanya
punya temen yang ketika dicurhati bisa saling menasehati dengan kisah-kisah teladan
dari para generasi terbaik manusia yang pernah tinggal didunia ini?? Bahwa kita
dalam hidup ini hendaknya selalu mencontoh manusia-manusia suci itu. Karena
tindakan dan perilaku mereka semata-mata didasari oleh rasa takut kepada Tuhan,
katamu…
Sungguh
perjumpaan yang mewah karena tema obrolan begitu mulia: saling mengingatkan
untuk semangat beribadah.
Sungguh,
kita bergadang bukan untuk bermaksiat, karena ayat-ayat begitu sering meloncat
dari mulut para sahabat-sahabatku yang hebat ini.
Aih, benar
juga, kali ini kita hampir lupa diri, terlalu seru kami menumpahkan rasa rindu
yang terus menggebu ini. Disisi lali, waktu terasa cepat berlari tak mau
kompromi. Kami lebih takut, jika kami justru membunuhi sang subuh.
Akhirnya
dengan sangat berat, kita jedakan pertemuan malam itu. Kembali bertabur
sendiri-sendiri lagi. Ada kecewa yang hadir, lalu cepat-cepat aku sadar dan
berujar: Insya Allah kita jumpa lagi!