Rabu, 12 Januari 2011

Malam dan Kesadaran Waktu


aku rasakan angin yang bergerak melamban; membusungkan dada malam, menerbangkannya lalu menyujudkan dipunggung lengang jalanan.
sesekali kendaraan bermesin melintas, membumbungkan asap knalpotnya, mewarnai langit menjadi putih keabu-abuan.

digigir trotoar yang dicat hitam-putih seperti Zebra itu, aku duduk bersimpuh memandang bulan. Bulanpun acuh takbergubris, khusuk bertasbih —tak mau diganggu. Dan seperti biasa; para bintang biasa iseng menggodanya, mengerlipkan kilaunya, numun tak membuat bulan beranjak gusar dari aktifitas sucinya.

jelas tak ada nyanyian jalanan malam itu, para pengamen telah nyandarkan gitar dan ketipung dikamarnya: bersiap tidur, karena besok pagi mungkin beraksi di Stasiun Kota atau mungkin tetap mencari nafkah dari warung soto, bakso dan warung ramesan. Sesekali waktu malah mungkin dari bus ke bus (lagi).
yang ada hanya candaan kucing —entah itu bercanda atau foreplay ingin kawin.
ah, malam ini nikmat sekali menyeruput teh poci gula batu dari cawan gelas tanah liat bikinan mBok Djoyo. Ku seruput sedikit demi sedikit, mengunggu agak dinginan.

...cukup lama juga, aku terbuai keindahan langit malam menjelang pagi buta itu. Lalu, kurasakan badanku mulai kedinginan. Cukup hari ini, aku harus kembali pulang, menghelai nafas panjang —melintasi esok hari.

timbul kesadaranku akan sebuah waktu. Ternyata waktu itu sama persis, namun sering dibeda-bedakan. Bukan berarti hidup ini monoton, hanya menyikapinya saja yang lain.

Bukankah waktu itu setiap per-jam-nya masih dibangun dari material detik dan menit? Jam dua malam hari itu, aku menyeruput teh poci, mungkin jam dua malam lain hari, aku masih asik browsing di warnet, atau menonton film box office di tv kesayanganku(-Anda) , atau malah sudah terlelap. Simple!

ya, hidup ini hanya bagaimana cara kita menyikapi dan melaluinya. Kaya ataupun papa hanya status di tengah masyarakat saja.
: karena kebahagiaan itu, akan bergemuruh pada dada yang lapang, melepaskan rasa iri, dengki, marah dan sekutunya. Percayalah...
gambar


(cerita fiktif imajinasi sepi. Jogja, 11/01/2011)

0 komentar:

 
;