Hatimu memang telah tertutup tanpa ada celah.
Biarlah kutunggu hingga datang sepasang jenuh dan lelah.
Kuyakin suatu saat pasti akan terbukakan.
Seperti jendela, merindukan datangnya semilir hening udara pagi...
Sampai kapan kau harus tersembunyi?
Bintang saja akhirnya muncul, setelah mendung meraba sang malam.
Sampai haruskah kutodong siang hanya untukmu merasa senang?
***
Selalu, sinar tenar yang terus kau cari!
Padahal malam buatmu merenung.
Tapi kau persetankan juga nasihatku ini.
Hingga kau marah dan tak lagi ramah.
Telah bosan kupintakan berulangkali kata maaf!
Toh, kau tetap saja keras kepala, kaku serupa huruf Alif.
Mengertilah, nasihatku tak akan menyesatkanmu...
Layaknya seorang ibu menyeramahi anaknya untuk tidak bermain hujan.
Kau tau?Karna hujan hanya akan membuatnya menggigil kedinginan.
Akhirnya aku hanya bisa menunggu.
Menunggu, hingga kau 'mau' kuganggu.
(Jakarta, 09/09/09)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar