Ingatkah dirimu, bahwa janji kita terlanjur tergantung tinggi dilangit-langit rumah impian yang kita bangunkan dari materi-materi keyakinan?!
Ya....lalu kita sepakati untuk memanjat dan menggapainya.
Kau payahkan beribu-ribu anak tangga langkahanmu, sedang aku sedikit berbuat curang dengan galah bambu yang kusambungkan tali disimpul mati.
Masihkah kau mengingatnya?
Namun semuanya belumlah terkena.
Hingga kau tergelincir dan hampir terjatuh tak kuasa meraihnya.
Masihkah kau mengingatnya?
Oh, janji itu kini masih melayang layangan diantara handphone kita...
Handphone yang siang itu hanya aku getarkan, takut mengganggu keintiman pembicaraan.
Namun ternyata tetap kuangkat juga, karena kamu terus saja memanggilnya.
Tadinya aku pikir hanya sekedar menyapa biasa, hingga akhirnya tersimpul janji diantara kita.
Masihkah kau mengingatnya?
Harus kau mengingatnya, paling tidak ; pesta rakyat momentumnya...
Jika mungkin khawatir akan terlupa, baiklah aku kirimkan pesan singkat saja ke nomermu.
Sehingga bisa kau baca kapan saja, dimana saja.
Bahwa kita pernah berjanji.
Janji yang tersambung diantara handphone kita, siang itu.
(Jakarta 2009, siang didepan Menara Masjid Al-Hikmah)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar